0

Merah-Hitam Di GBK

Beberapa jam yang lalu saya berada diantara rekan-rekan Milanisti Indonesia. Tribun Stadion Utama GBK Sektor 13 saya pilih sebagai sudut ternyaman untuk menikmati pertandingan antara AC Milan Glorie vs Indonesian All Legends dalam tajuk Asia Disaster Relief Tour 2011. Bersama tifosi Milan yang antusias mengibarkan bendera merah hitam garis vertikal, memekikkan chant, dan menyalakan api kegembiraan demi menyambut dengan hangat kedatangan para legenda AC Milan.

Walaupun dalam kapasitas sebagai partai amal, pertandingan ini sangat dinanti oleh para Milanisti yang ada di Indonesia. Terlebih, skuad yang ikut serta dalam tur ini diisi oleh pemain besar Milan di eranya. Franco Baresi, Jean Pierre Pappin, Alessandro Costacurta, hingga Nelson Dida turut memperkuat AC Milan Glorie. Sementara itu, dari tim Indonesian All Legends hadir wajah-wajah yang juga hebat di zamannya, seperti Ansyari Lubis, Patar Tambunan, Ricky Yakobi, hingga Kurniawan Dwi Yulianto. Sorak chant dan kibaran bendera merah hitam menandai antusiasme Milanisti Indonesia pada pertandingan tersebut, khususnya penonton yang memadati tribun bawah sektor 13.

Kedua tim bermain atraktif dalam tempo sedang, sesaat setelah peluit kick-off ditiup oleh Jimmy Napitupulu yang menjadi wasit pada pertandingan ini. Peluang emas melalui umpan silang, kerap dihasilkan oleh para pemain AC Milan Glorie. Lini pertahanan Indonesia All legends harus bekerja ekstra keras untuk meredam variasi serangan AC Milan Glorie. Pada babak pertama, AC Milan menghasilkan tiga gol melalui Serginho, pemain yang ikut membawa Milan meraih beberapa trofi di awal tahun 2000. Kondisi ini nampaknya membuat Indonesia All Legends berusaha untuk mengejar ketertinggalan mereka, akan tetapi hasilnya nihil karena lemahnya penyelesaian akhir. Babak pertama berakhir dengan kedudukan 3-0 untuk AC Milan Glorie.

Jelang babak kedua, kedua tim mempersiapkan skuadnya untuk bermain lebih menghibur. Tercatat beberapa pemain kedua tim yang sempat diganti kembali masuk ke lapangan untuk berlaga. Satu yang perlu dicatat adalah Dida. Penjaga gawang AC Milan Glorie yang digantikan oleh Massimo Taibi masuk ke lapangan dengan mengenakan kostum merah-hitam dan bermain sebagai penyerang. Milanisti Indonesia merespon dengan rekahan senyum dan yel-yel penyemangat, sama seperti sejam sebelumnya: penuh semangat. Ada empat kejadian unik di babak kedua: Gol Dida, quattrick Serginho, penalti gagal Ponaryo, dan gol Ricky Yakobi. Keempatnya mengundang tawa dan kegembiraan bagi seluruh penonton yang ada di stadion karena kejadiannya unik, terutama gol Dida. Gol Dida lahir dari proses kerjasama dan umpan silang akurat dari sisi kiri lini pertahanan Indonesia All Legends. Berkat golnya, Dida merayakannya dengan menjatuhkan badan ke tanah dan mendapat pelukan hangat dari kompatriotnya. Dida yang dielu-elukan suporter, membalasnya dengan lambaian tangan ke arah suporter.

Skor 5-1 untuk kemenangan AC Milan Glorie menutup partai amal ini. Victory lap dilakukan oleh para pemain AC Milan Glorie mendapat balasan yel-yel dari para penonton yang masih berada di Gelora Bung Karno. Sebuah suguhan menarik dan menghibur telah dihadirkan oleh para legenda. Salut patut disematkan atas kontribusi mereka untuk kemanusiaan.

Ale Ale Ale Milan Aleee...Forza Lotta Vincerai Non Ti Lasciaremo Mai.

.ditulis setelah pertandingan. 

0 komentar:

Posting Komentar

Back to Top