Bujangan Identik Dengan Ketidakmapanan

Pada tahun 1991, Raden Haji Oma Irama (populer dengan Rhoma Irama) bersama Soneta Group menciptakan lagu yang berjudul Bujangan. Lagu ini tergabung dalam mini album Soneta XVI yang laku keras di pasaran. Lagu enerjik nan dinamis, berlirik satir namun sangat mengena dan menyentil para bujangan yang bertebaran di muka bumi ini, termasuk saya.

Bukan salah bunda mengandung. Jomblo itu takdir. Bla, bla, bla. Ungkapan yang sangat mengusik keberadaan para bujangan yang secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan terus berjuang mendapatkan pasangan hidup yang sehidup-semati. Sukur-sukur bisa menjadi jodoh dunia-akhirat. Segala cara ditempuh demi alih status bujangan, mulai dari yang biasa sampai yang luar biasa, sesuai pembawaan  dan karakter masing-masing. Hal ini sah-sah saja, karena konsekuensi akibat cara yang ditempuh adalah tanggung jawab orang yang menjalankan cara tersebut. Bukan siapa-siapa. Cara biasa akan menghasilkan keuntungan dan resiko biasa, dan cara luar biasa akan menghasilkan keuntungan dan resiko yang luar biasa. Kira-kira begitu sudut pandangnya secara ekonomi.

Banyak latar belakang orang membujang. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman saya secara langsung selama ini, ada empat penyebab utama seseorang masih berstatus bujangan, diantaranya:
  1. Masih merasa berusia muda dan berjiwa muda, sehingga orang tersebut fokus pada tujuan hidup yang dijalaninya saat ini, apapun itu. Misalnya: mahasiswa yang mengejar gelar kesarjanaan atau karyawan muda yang merasa eksekutif muda.
  2. Belum mendapat restu orang tua, sehingga orang tersebut bertahan sekuat tenaga pada status lajangnya.
  3. Belum memiliki niat, kemapanan finansial, dan hal-hal lain yang bersifat keterbatasan duniawi, sehingga menyebabkan krisis kepercayaan diri yang signifikan akibat status lajangnya.
  4. Sudah berusaha sepenuh hati melepas status lajang dari satu calon pendamping hidup yang satu ke calon pendamping hidup yang lain, tetapi ternyata sang calon pendamping hidup tersebut (maaf) punya kekasih cadanganjanda/duda, memilih menikah dengan orang lain, ... (isi sendiri).
Dari keempat penyebab tersebut berada di golongan manakah anda? Oke, anda menjawab di dalam hati. Sayapun menjawab di dalam hati saja. Tapi memang pada kenyataan yang saya jumpai, keempat faktor inilah yang sangat alami dan kerap menghantui para bujangan di dalam menghadapi hari-harinya. Digunjing, difitnah, diabaikan, dipandang sebelah mata, dan kenyataan pahit lainnya bisa saja terjadi kapanpun bagi para penyandang status bujangan. Sangat menyeramkan!

Semua orang bijak dan beruntung dengan pernikahannya berpesan bahwa bujangan identik dengan ketidakmapanan. Terlepas dari segala argumen yang dapat dicerna dengan otak kiri maupun otak kanan, hal itu dapat diterima, setidaknya oleh saya. Ketidakmapanan itu terjadi secara alami, mungkin saja disebabkan karena belum ada teman sejati yang menjadi penyemangat dan teman hidup di kala suka maupun duka. Otomatis, cara kerja otak tidak sinkron dengan hati. Tidak tenang menciptakan siklus suram. Seandainyapun benderang, menikah itu lebih benderang dari pada membujang, karena yang menyala adalah dua pelita, bukan satu pelita. Benar?

Saya sejujurnya sangat percaya pada konsep yang saya tulis di atas, karena meyakini bahwa setelah menikah, semua kebutuhan pasangan suami istri tersebut dijamin oleh Tuhan Yang Maha Memberi Rezeki. Namun, dengan status yang sesuai dengan judul tulisan yang saya sandang hingga saat ini, saya beruntung masih dilindungi olehNya, dengan segala kejadian berikut hikmah yang terjadi pada usaha pencarian pasangan hidup saya. Pasti ada yang terbaik dalam segala hal yang telah didesain untuk menopang ketidakmapanan saya menuju kemapanan hidup di kemudian hari. Entah itu pasangan, waktu, ataupun situasi yang tepat dan pantas. Jadi, tinggal usaha dan doa saja yang diperbanyak. Benar?

Baiklah, saya selalu berusaha menjadi bujangan yang hidup positif, sembari berusaha mencari yang terbaik. Nabi berpesan, " Wahai pemudi pemuda, siapa saja diantara kamu yang sudah sanggup untuk menikah, maka menikahlah, sesungguhnya menikah itu memelihara mata, dan memelihara kemaluan, maka bila diantara kamu belum sanggup untuk menikah.. berpuasalah, kerana sesungguhnya puasa tersebut sebagai penahannya."   Memperkuatkan diri dengan iman, ilmu, dan amal. Itu cita-cita dan tujuan hidup saya, senantiasa.

Ya Tuhan, terimalah munajat hambaMu: Pertemukanlah hambaMu dengan pasangan hidup yang Engkau ridhoi, yang mendampingi sesuai dengan kepantasan hambaMu mendampinginya di waktu yang tepat kelak. Menjadi penjaga yang tangguh dan pendamping yang setia untuk suami dan anak-cucu kami. Menjadi bidadari surga dunia dan akhirat penyelamat bahtera rumah tangga yang Engkau lindungi hingga ujung waktu. Amin Yaa Robbal Alamin.






1 komentar:

Anonim mengatakan...

bagus tulisannya,,,mga Allah menganugrahkan bidadari bermata jeli kepada antum,,,

Posting Komentar

Back to Top