0

Sumber Rejeki Pak Katimo

"Pake mie apa nggak, mas?" tanya Pak Katimo sambil menaburkan sedikit garam dan daun sop ke dalam mangkok putih yang tidak lama lagi dituangi kuah panas dan bakso dan sedikit bawang goreng. "Nggak usah, pak. Bening aja," jawab saya mengisyaratkan bakso itu tidak diberi tambahan apapun, termasuk kecap, sambal, dan saos. "Kuahnya udah enak, pak." Saya menimpali dengan jujur. Pak Katimo tersenyum, sembari menyodorkan mangkok berisi bakso berkuah hangat ke hadapan saya.


Ritual malam saya setiap dua kali seminggu sepulang kerja adalah mampir ke pojok Jalan Kabel di Kompleks Pondok Jaya Bintaro. Di sanalah Pak Katimo selalu memarkir gerobak berstiker "SUMBER REJEKI" berwarna merah dan menata kursi-kursi plastik di sisi tembok antara dua toko dan warung yang juga langganan saya. Pak Katimo selalu sibuk melayani pembelinya. Entah hanya dibungkus, atau dimakan di tempat, mangkoknya selalu dituangi oleh paduan kehangatan dan kenikmatan khas bakso buatan Pak Katimo sendiri. Pelanggannya yang didominasi oleh warga kompleks dan sekitarnya juga sering menjadi teman ngobrol Pak Katimo selagi melayani pesanan bakso mereka.

Sejak tahun 1979, bapak yang mempunyai masing-masing 1 istri, anak, dan cucu perempuan ini telah merintis usahanya, bekerja sebagai tukang bakso keliling. Awalnya, Pak Katimo belum memiliki lokasi dagang keliling yang tepat. Masih berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain yang berjauhan di wilayah Ciputat Timur. Akan tetapi, sejak tahun 1986, Pak Katimo akhirnya melabuhkan gerobaknya di Kompleks Pondok Jaya dan sekitarnya hingga saat ini. Ketika ditanya awal mula merintis usahanya ini, Pak Katimo dengan sederhana menjawab, "Dulu masing mikul dagangan, mas. Soalnya modal belum cukup. Masih 600 perak waktu itu (1979). Ya kira-kira sekarang itu sekitar 600 ribu-an. Buat beli daging aja itu mas. Itupun join sama teman saya usahanya."

Dengan kegigihan usaha, Pak Katimo mampu menghidupi keluarganya dan sanak saudaranya yang berada di Desa Sempron, Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri. Seharinya, Pak Katimo mampu menjual bakso sebanyak 4-5 kilo. Pak Katimo dengan jujur mengatakan bahwa baksonya murni berbahan dasar daging sapi dan tanpa pengawet. Tentunya, saya membuktikannya dengan merasakan kenyal dan empuk bakso buatan Pak Katimo. Enak dan gurih! Sama halnya seperti rasa kuah bakso buatan Pak Katimo, sehingga tanpa kecap, saus, dan sambalpun rasanya tetap nikmat di lidah.

Ketika saya bertanya kemungkinan memperluas usahanya, Pak Katimo hanya tertawa. Pak Katimo menyatakan sudah cukup nyaman dengan usahanya saat ini. Dengan tenaganya sendiri, Pak Katimo mengatakan bahwa misi hidupnya adalah mempertahankan apa yang dimilikinya saat ini dengan kerja keras selama 30 tahun lebih. Pak Katimo sudah cukup berbahagia bila ia pulang ke rumah dengan hasil dagangan yang laris. "Laku 4 kilo daging sehari udah senang mas," kata Pak Katimo sambil menghembuskan asap rokok kreteknya. Sayapun menyodorkan uang pas Rp. 8000,-, harga untuk satu porsi bakso Pak Katimo yang nikmatnya tiada tara. Resep ajaib pengusir penat dan dingin malam saya, setidaknya minimal dua kali setiap minggu.

Terima kasih, Pak Katimo... 

0 komentar:

Posting Komentar

Back to Top