2

Memberi dan Berbagi

Memberi tak akan pernah membuat kita miskin. Dengan memberi, maka kita akan mengaktifkan kran rejeki. Disaat sempit akan banyak jalan yang terbuka. Jadi, Memberilah dan Berbagilah :)  (Yunita Triyana; via Facebook)

Di tengah aktifitas malam saya menyelesaikan tulisan untuk biografi ibu saya, saya membuka laman Facebook dan membaca status terbaru salah seorang teman saya di jejaring sosial tersebut. Keletihan saya segera sirna ketika saya membaca empat kalimat dari statusnya. Empat kalimat yang kerap terlupakan dari bagian rutinitas saya sedari pagi hingga petang. Bahkan, jika tak ada waktu untuk berintrospeksi sejenak di sepuluh menit terakhir sebelum tidur di malam hari, saya melewatkan momen detoksifikasi pikiran sebelum terlelap dan terbangun di keesokan harinya. Saya mencoba menerjemahkannya satu persatu dengan indera saya, seperti beberapa kesempatan mendengarkan petuah bijak ibu saya ketika saya masih berstatus sebagai siswa sekolah menengah atas, 14 tahun yang lalu.

"Memberi tak akan pernah membuat kita miskin."
Ibu saya pernah berpesan kepada saya di sebuah momen makan siang sepulang sekolah di tahun 1997, bahwa memberi adalah takdir pencipaan manusia. Artinya, di dalam hidup, manusia dibekali dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Untuk mengatasi ketimbangan dan perbedaan, kita harus memberikan apa yang kita punya dengan tulus dan ikhlas. Tidak hanya materi semata, melainkan hal-hal lain yang bersifat non-materi. Dalam konteks tersebut, ibu saya mengisahkan banyak kejadian yang tidak terduga yang terjadi di dalam hidup yang diyakini beliau sebagai efek balik dari memberi. Menurut ibu saya, tanpa mengesampingkan kedekatan hubungan darah, memberi itu idealnya dilakukan kepada orang yang membutuhkan bantuan. Ketika kita diperhadapkan pada situasi tersebut, selayaknya kita mengamalkan ilmu memberi, sesuai dengan kemampuan kita. Ibu saya segera meneruskan kisahnya yang menuntun saya pada kesimpulan bahwa tidak ada orang yang menjadi kekurangan apalagi miskin karena memberi. 

"Dengan memberi, maka kita akan mengaktifkan kran rejeki."
Sekilas pernyataan tersebut membutuhkan waktu untuk masuk ke pikiran kita. Tapi menurut ibu saya, hidup tidak selamanya perkara logika. Hidup juga berkutat pada perkara meyakini sesuatu yang sifatnya tidak nyata. Entah itu harapan, atau bahkan keajaiban. Ketika Yang Maha Memberi Rezeki berkehendak, tanpa difilter oleh logika, kita dapat menerima rezeki dalam berbagai bentuk dari arah yang tidak terduga. Intinya adalah keyakinan yang kuat pada kekuatan memberi akan membukakan kita pintu rezeki yang lebih luas.

"Disaat sempit akan banyak jalan yang terbuka."
Kesempitan adalah musuh yang menghimpit. Tapi ibu saya meluruskan makna tentang kesempitan dalam perspektif yang berbeda. Ibu saya mengatakan bahwa kesempitan adalah anugerah, bukan semata-mata ujian. Beliau menyatakan hal tersebut karena hanya di dalam kesempitan sajalah, manusia lebih sering mengadu dan berkeluh kesah kepada Penciptanya. Seketika setelah berkeluh kesah, insting dan naluri untuk membuka diri menuju keleluasaan akan muncul dengan sendirinya. Sepanjang hati selalu terjaga cahaya dan kedekatannya bersama doa dan usaha, Yang Maha Memberi Solusi selalu menunjukkan jalan dengan berbagai tujuan sesuai dengan apa yang menjadi pinta kita di dalam tulus doa.

"Jadi, Memberilah dan Berbagilah :)" 
Lengkungan senyum ibu saya layaknya smile emoticon yang terketik di akhir pesan tersebut. Ibu saya meyakinkan saya untuk peka. Menjadikan kata kerja memberi dan berbagi sebagai gaya hidup. Pamrih disingkirkan dan selalu berharap kepada kemurahan hati Yang Maha Menilai.  Ibu saya segera mengajarkan saya untuk mengamalkannya sore itu juga. Melalui sepiring nasi untuk seorang pemuda yang hilang akal yang mengaku belum makan selama beberapa hari. Lalu saya melihat lelehan air matanya mengalir pelan, sembari menyantap makanan tersebut dengan lahapnya. Batin saya terenyuh...

Memberi adalah sebuah hal yang sederhana, tapi sering terlupakan oleh setiap manusia. Kita berpeluang untuk mengingatkan orang terdekat di sekitar kita, termasuk diri kita sendiri, dengan mengamalkan kekuatan memberi dan berbagi. Karena memberi dan berbagi itu tidak dibatasi oleh sekat apapun. Sepanjang tulus dan ikhlas, pintu rezeki selalu terbuka , pundi rezeki selalu bertambah , dan bening jiwa senantiasa tersucikan.

Catatan: Yunita Triyana adalah pemenang Putri Sulawesi Tenggara 2007 yang telah menyelesaikan pendidikannya di FKG Unpad di tahun 2011. 

2 komentar:

yunita triyana mengatakan...

woooowww!!!! speechless!!! kereeeen bangeeet tulisannya :)
teruuus menulis kak :)

:tup
^_^

Didik Yandiawan mengatakan...

terima kasih dek yunita. blog mu juga di update terus ya. fotonya seru-seru yg di wolipop team korea. :)

Posting Komentar

Back to Top