0

Cerita Saya Tentang Armand Maulana

Saya masih ingat ketika di tahun 1996, dalam kondisi sehari setelah disunat, saya menonton video klip "Oo Oo Oo" ditayangkan di sebuah stasiun televisi swasta. Saya terkesima dengan performa vokalis band yang menyanyikan lagu tersebut dengan sempurna ketika itu. Dengan model video klip anak-anak kecil berkepala gundul yang berlarian menjahili para personil band, lagu itu seketika melekat di kepala saya sampai saat ini. Nama band nya juga tergolong unik untuk anak seusia saya yang ketika itu berusia 11 tahun, GIGI. Sejak saat itu saya langsung jatuh cinta pada pandangan pertama dengan band ini, bahkan hingga detik ini.
Foto pertama dengan Armand Maulana: Istora Senayan setelah konser Muse 2007
Awal mula perkenalan saya dengan GIGI tersebut mendekatkan saya pada GIGI dari tahun ke tahun. Awalnya saya mulai mencoba menyanyi dengan teknik vokal Armand Maulana, tentunya dengan lagu GIGI yang saya hafal. Semasa SMP, lagu hits GIGI berjudul 'Terbang' menjadi lagu favorit saya. Hal ini didukung dengan kondisi saya yang memasuki masa puber, lirik lagunya pas dengan kondisi saya ketika itu yang sedang mengagumi salah satu teman perempuan di sekolah saya yang bernama ... (off the record, ya...). Setiap kali menyanyikan reffrain lagu ini, saya selalu bersemangat. Dengan suara yang mulai terdengar lebih berat, saya melibas lagu itu dengan baik, lengkap dengan gaya ala Armand Maulana yang enerjik dan penuh totalitas.

Kaulah yang dinginkan aku, dari mimpiku, dari mimpiku whooo oo oo... Coba terbangkan khayalku, dari sadarku... dari sadarku...
Apa sebenarnya yang menyebabkan saya kagum dengan vokalis GIGI ini? Ada tiga hal yang membuat GIGI layak menjadi panutan saya. Pertama: totalitas dan tanggung jawab di dalam menghasilkan karya seni. Bagi Armand, menulis lirik dan lagu adalah hal yang harus menjadi prioritas bagi semua musisi. Dengan demikian, musisi dapat dikagumi oleh fans nya karena karyanya yang berkualitas. Kedua: totalitas dan tanggung jawab di dalam performa dan aksi panggung. bagi Armand, musisi yang baik harus bisa tampil prima di atas panggung. Musisi harus mampu menampilkan performa maksimal dalam segala hal sekaligus mampu menghibur semua orang yang menyaksikan penampilan mereka. Dalam hal ini, Armand selalu memiliki filosofi untuk menghadirkan yang terbaik di setiap penampilannya, seolah-olah saat itu adalah penampilan terakhirnya di atas panggung. Ketiga: totalitas dan tanggung jawab terhadap Tuhan, keluarga, dan masyarakat penikmat musik. Di dalam biografi GIGI, Armand dan para personil GIGI menegaskan bahwa kecintaan pada Tuhan, keluarga, dan masyarakat penikmat karya GIGI adalah satu kesatuan yang tidak dapat  dipisahkan. Tanpa bermaksud menggurui, Armand menceritakan perjalanan spritual mereka di dalam menghasilkan album religi, di mana ada toleransi dan cinta kasih di sana. Ini terbukti dengan penyataan Dewa Budjana yang juga menganggap persaudaraan mereka di GIGI ini sudah selayaknya keluarga besar. Maka di dalam kesehariannya, para personil GIGI selalu mengutamakan kedekatan mereka kepada ketiga unsur yang menjadi inspirasi bagi mereka di dalam menghasilkan karya musik yang berkualitas.

Karena kekaguman saya dengan Armand, saya akhirnya menyukai band ini. Pertama kalinya saya membeli kaset GIGI di tahun 2001. Ketika itu GIGI merilis album 'Untuk Semua Umur' dengan hits andalan 'Jomblo', 'Diva', 'Selamat Datang Asmara', dan 'Fatamorgana'. Saya menyukai lagu-lagu mereka di album ini, terlebih album ini menandai perubahan musikalitas GIGI di awal milenium ketiga. Pada tahun-tahun berikutnya, saya mulai mengoleksi kaset dan CD album asli GIGI dari semua tahun. Yang membuat saya penasaran hingga saat ini adalah album '2x2' yang sudah sangat sulit didapatkan di pasaran. Hanya album itu yang belum saya miliki hingga saat ini. Selain mengoleksi album-album GIGI, saya juga tergabung pada keanggotaan GIGIKITA, sebuah basis fans club GIGI. Saya bergabung secara resmi pada tahun 2007 dan memperoleh kartu GIGIKITA berlatar warna merah. 

Konser GIGI pertama kali saya saksikan di tahun 2006, ketika masih bertugas di Kendari. Seperti keyakinan saya, band ini termasuk salah satu band Indonesia dengan performa live yang menghibur. Pada malam itu, saya menikmati konser mereka dari awal hingga akhir. Sayangnya, keinginan saya untuk berfoto dengan Armand dkk di akhir konser gagal. Baru pada tahun 2007, di akhir konser Muse, saya dapat berfoto dengan Armand. Saya sangat gembira dapat berfoto untuk pertama kalinya dengan salah satu vokalis idola saya.

Tahun 2009 di Konser 15 tahun GIGI, saya menyempatkan diri untuk hadir. Begitu juga di konser Sweet Seventeen GIGI di tahun 2011. Satu yang menarik dari GIGI adalah kemasan hiburan yang selalu menghibur di setiap penampilan mereka. Di dua konser spesial tersebut, saya melihat dan merasakan profesionalisme para personil GIGI menjadi bagian utuh dari penampilan mereka. Mereka memainkan peran sebagai tim yang solid, dengan karakter dan skill bermusik masing-masing. Armand Maulana yang tidak lagi muda, tetap saja menampilkan semangat muda GIGI. Aksi panggung dan gimmick lainnya ditampilkan utuh dengan penuh totalitas. Tak dapat diragukan lagi, saya tidak salah mengidolakan mereka sebagai salah satu band Indonesia terbaik yang mewarnai perjalanan hidup saya. Dan salah satu bintang besar yang bersinar di band itu adalah sang frontman: Armand Maulana!

Foto kedua dengan Armand Maulana: Panggung Konser 15 tahun GIGI 2009


*Ketika menulis, saya mendengarkan lagu 'Terbang', 'Kuingin', dan 'Oo.. Oo... Oo...' . Pas.

0 komentar:

Posting Komentar

Back to Top